Media Dan Masa Depan NU, Mendorong atau Merongrong?

NU CILACAP ONLINE – Artikel ini mencoba meneropong Media Dan Masa Depan NU, ada kehawatiran apakah masa depan NU bisa didorong oleh media, atau bahkan sebaliknya, dirongrong oleh media. Berikut ulasannya.

Sejalan dengan berkembangnya media yang semakin masif di era teknologi digital. Siapa pun harus bergelut dengan media. Bukan apa, media selain sebagai sarana transfer informasi, media juga adalah tempat mempertahankan eksistensi.

Seperti yang sudah menjadi pemandangan hidup sehari-hari. Saat ini manusia memang tidak dapat lepas dari teknologi yang semakin terikat dengan keberadaan hidup manusia.

Sebagai contoh adalah berkembangnya internet yang dapat terakses melalui smart phone dan laptop. Dengan melalui internet, manusia dapat melihat dunia secara luas serta dapat mencari data-data informasi yang ada dan dibutuhkannya.

Tetapi dengan semakin dekatnya manusia dengan internet, juga semakin familiarnya manusia dengan teknologi yang berkembang saat ini sebagai media hidup mereka melangsungkan eksistensi. Mungkinkah segala sesuatunya yang berkembang seperti media dan teknologi akan mempengaruhi eksistensi manusia itu sendiri?

Kenyataannya inilah hal yang benar-benar nyata. Media begitu dominan bukan hanya untuk satu manusia.  Tetapi juga untuk sekelompok manusia lain yang menginginkan eksistensinya tetap ada. Bukankah satu akun media sosial saat ini sebagai sarana pribadi bereksistensi sangat berpengaruh besar pada kehidupan manusia dalam mengeksplorasi?

Akun-akun Media Sosial

Melalui media seperti akun-akun media sosial, sejalan dengan itu manusia dapat mengeksplorasi dirinya lebih jauh mengembangkan potensi apa yang diingini.

Media sosial (Medsos) saat ini juga tidak jarang sebagai alat untuk bertukar minat, mengumpulkan orang-orang yang mempunyai hobi yang sama atau pemikiran yang sama. Medsos juga mampu menjadi jembatan antara penjual dan pembeli guna meningkatkan ekonomi. Ini berarti media sosial sebagai alat hidup yang sangat efektif.

Untuk itu, keberadaan media sosial merupakan oase di tengah orang-orang yang membutuhkan informasi apapun. Selanjutnya media sosial menjadi alat untuk mengembangkan diri serta menunjukan segala potensinya pada dunia sebagai daya tawar diri dan dunianya masing-masing.

Tidak lain supaya manusia tidak terisolasi oleh dunianya sendiri, melalui media sosial seorang dapat lebih luas menjangkau dunia yang tidak terbatas  melalui internet mengeksplorasi diri lebih jauh dan semakin mengepakan sayap eksistensi diri pada dunia sebagai daya tawar.

Maka dari itu, penting “bermedia sosial”. Tentunya dengan berbagai tawaran yang sangat positif sebagai ajang mempertahankan eksistensi diri serta mengeksplorasinya lebih jauh sebagai daya tawar pada dunia untuk digeluti.

Pertanyaanya adalah; Apakah juga akan berlaku pada kelompok masyarakat yang tergabung dalam organisasi masyarakat seperti NU atau Nahdlatul Ulama sebagai ormas islam yang keberadaanya sudah besar di dalam masyarakat?

Seberapapun besar sebuah nama tetap akan tenggelam jika lemah eksistensinya dengan berbagai tampilan pada publik. Itulah sejatinya makna eksistensi keberadaan media yang semakin maju, justru menjadi tawaran baru bagi manusia untuk terus mengembangkan media sebelumnya.

Untuk itu baik yang tergabung dalam suatu organisasi, membangun medianya sendiri merupakan kebutuhan yang mendesak dan harus teralisasikan. Yang mana akan sangat berguna untuk memperkokoh diri mereka sendiri termasuk organisasi masyarakat yang sudah mapan sebelumnya seperti NU.

Tanpa media sosial, untuk mempublikasi segala kegiatan yang ada dalam sebuah organisasi tentu akan sulit. Era medsos dengan pergeseran budaya masyarakat yang semakin kritis pada hal apapun yang menjadi bagian hidup mereka.

Media Bagi Warga Nahdliyyin

Bagi warga Nahdliyyin, sebutan warga NU. Ormas NU merupakan rumah besar bagi mereka untuk mengeksplorasi diri baik dalam amaliyah keagamaan secara islami “Ahlussunnah wal Jamaah”, maupun mengeksplorasi diri mereka pada corak kemanusiaan yang moderat dan ramah pada budaya-budaya masyarakat yang sebelumnya sudah ada.

Dengan media yang semakin dominan bagi kehidupan saat ini, jika organisasi sebesar NU tidak benar-benar membangun medianya sendiri jelas masa depannya akan hilang oleh peradaban digital. Ini akan yang memberi ruang pada siapapun untuk menjadi pemenang. Itu yang mungkin akan terjadi jika media tidak dalam persiapan oleh NU.

Ibarat seekor gajah yang tidak bergerak untuk mulai menampakan diri pada dunia; tentu akan kalah oleh semut-semut kecil yang terlebih dahulu menampakan pada dunia. Itulah bentuk-bentuk dari sebuah hukum alam, siapa yang tidak cepat dalam beradaptasi pada peradaban dunia, merekalah yang akan terseok-seok tertelan peradaban dunianya sendiri.

Begitu juga halnya dengan NU. Besarnya organisasi bukan jaminan untuk bertahan, bila dia sendiri tidak mempertahankan eksistensinya sendiri dengan membangun media. (Achmad Nur Wahidin)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button