Mbah Benu, Catatan Klarifikasi Dan Mitigasi PWNU DIY
NU CILACAP ONLINE – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY) mencatat hasil klarifikasi dan mitigasi usai bersilaturahmi dengan Mbah Benu alias KH Raden Ibnu Hajar Pranolo di kediamannya, di Padukuhan Panggang III, Kelurahan Giriharjo, Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta.
“Alhamdulillah silaturahim dalam rangka klarifikasi dan mitigasi Mbah Benu berjalan lancar.” Demikian paragraf utama dalam keterangan tertulis yang disampaikan Wakil Katib Syuriyah PWNU DIY KH Fajar Abdul Bashir. Ahad, (07/4/2024).
Dalam keterangannya disampaikan bahwa Mbah Benu telah mengutarakan alasan kenapa menetapkan awal dan akhir Ramadhan selisih 5 hari dari yang lain.
Mbah Benu menjawab sebagaimana yang telah beredar di media bahwa penetapan awal dan akhir Ramadhan berdasarkan “kontak” batin (istilah menelpon) dengan Allah, yang mana dia telah mengatakan wushul kepada Allah.
Dikatakan bahwa peringkat wushul ilallah itu dia dapatkan pada tanggal 21 November 2021 ketika ziarah di makam Syekh Jumadul Kubro dan kontak dengan Syekh Assamarqandi.
“Jadi, sejak itu dia (Mbah Benu) selalu melakukan “kontak” dengan Allah setiap ada tamu yang akan meminta nesehatnya,” lanjut keterangan tulis menjelaskan.
“Setelah Mbah Benu klarifikasi, kita (PWNU DIY) menyimpulkan bahwa ada masalah yang mukholifussyar’i tentang masalah wushul atau “kontak” dengan Allah”
“Maka kamipun menjelaskan bagaimana metodologi penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan sesuai dengan apa yg didawuhkan Allah dan Rasulnya.”
Beberapa sumber dalil disampaikan kepada Mbah Benu, baik Al-Qur’an maupun hadits tentang metode penentuan awal dan akhir Ramadhan.
Selanjutnya diterangkan tentang bab wushul ilallah bahwa itu haq sesuatu yg benar, namun bahwa wushul ilallah tetap tidak bisa lepas dari syariat.
“Orang yang mengaku wushul ilallah, tapi lepas dari syariat, ibarat seperti layangan putus.”
Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang Nabi dan Rasul. Tidak ada orang yg wushulnya melebihi Nabi Muhammad, namun dalam menentukan awal dan akhir bulan tetap menyuruh sahabat melakukan ru’yatul hilal.
Nabi SAW tidak melakukan “kontak” batin kepada Allah SWT, tapi menyuruh sahabat melihat hilal. Perintah Nabi melihat hilal itu merupakan wahyu dari Allah.
Artinya, penetapan awal dan akhir bulan melalui ru’yatul hilal itu merupakan wahyu dari Allah.
Sebab apa yg dilakukan Nabi Muhammad baik perkataan, perbuatan, maupun diamnya, merupakan wahyu.
“Meskipun agak sulit menjelaskan, karena selain faktor usianya Mbah Benu 82 tahun, juga karena sudah berkurang pendengarannya, namun demikian Alhamdulillah Mbah Benu sudah mulai taslim”.
“Saya menilai tidak cukup satu atau dua kali, tapi perlu beberapa kali menjelaskan.”
Disebutkan bahwa secara umum Mbah Benu sosok yang suple, mudah komunikasi, suka bergurau, dan welcome alias terbuka.
“Beliau tidak sulit menerima masukan. Akan tetapi keyakinan “kontak” dengan Allah itu belum bisa hilang 100%. Masih perlu sering dimitigasi, agar bisa kembali ke syariat secara utuh,”
“Kemudian kami juga menyampaikan bahwa jika keyakinan Mbah Benu tidak bisa hilang, ke depannya kita menyarankan agar keyakinan itu dipakai secara pribadi, tidak mengajak yang lain.”
“Jika ada jamaah atau masyarakat yang bertanya, maka kita sarankan mbah Ibnu Hajar menyarankan agar mengikuti ketetapan NU dan Pemerintah.”
“Hal ini agar tidak banyak lagi masyarakat yang mengikuti ijtihad “kontak” batin tersebut.”
“Alhamdulillah Mbah Benu menyepakatinya. Dan untuk hal-hal lain, kami tidak menemukan kejanggalan, seperti shalat, dzikir yg dibaca, dan syariat lainnya masih sama sebagaimana syariat pada umumnya.”
Semoga kita semua mendapatkan petunjuk Allah SWT dan selalu dalam bimbinganNya. Aamiin.
Demikian catatan klarifikasi dan mitigasi Mbah Benu. Dan perlu diketahui bahwasannya silaturahmi dalam rangka klarifikasi dan mitigasi dihadiri Tim dari PWNU DIY di antaranya Wakil Katib Syuriah KH Fajar Abdul Bashir, Ketua Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH) Dr Hifdzil Alim, Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Dr Anis Masduki dan Ketua PCNU Gunungkidul KH Sa’ban Nuroni.
Sehubungan dengan penetapan awal Ramadan dan awal Idul Fitri 1445 H oleh KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo, yang meresahkan masyarakat tersebut PWNU DIY merespon dan melayangkan surat kepada Mbah Benu.
Surat telah disampaikan, dan resmi ditandatangani KH Mas’ud Masduki (Rais Syuriah), KH Muhtar Salim (Katib), Dr KH A Zuhdi Muhdlor MHum (Ketua Tanfidziyah) dan Dr KH Muhajir (Sekretaris Tanfidziyah).