Kiai Sholeh Darat Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

NU CILACAP ONLINE – Kiai Sholeh Darat diusulkan jadi pahlawan nasional, pengusulan guru spiritual RA Kartini sebagai pahlawan nasional itu sesungguhnya sudah mulai digaungkan sejak 2012, dan hingga kini pihak keluarga KH Sholeh Darat beserta pengikut ajarannya terus berupaya melakukan langkah-langkahnya sesuai prosedur persyaratan administratif yang diperlukan.

“Kalau pengusulannya itu sejak 2012, saat itu sedang ada haul (peringatan hari wafat) beliau. Banyak tokoh ulama dan kiai, yang akhirnya bersepakat mengusulkan beliau sebagai pahlawan nasional,” kata penulis buku Biografi KH Sholeh Darat, Mohammad Ichwan, kepada NUCOM, Selasa, 22/09.

Dia menerangkan, sejak saat itu mulai digali kembali karya-karya Kiai Sholeh Darat baik dari kekaryaan yang di anggitnya maupun dokumen bahkan bukti artefak peninggalan pentingnya seperti manuskrip, kitab-kitab maupun referensi benda budaya penting lainnya.

“Alhamdulillah, hingga saat ini telah terkumpul 15 judul kitab yang pernah dicetak pada 1820-1903 M. Dan semua kitabnya berbahasa Jawa yang ditulis dengan huruf Arab atau biasa disebut huruf pegon. Kitab-kitab itu sebagian dicetak di Singapura dan Bombay India, karena pada tahun 1898 M, di Indonesia belum ada percetakan,” terangnya.

Dijelaskan Ada 15 kitab yang telah ditemukan dan dikoleksi Komunitas Pecinta Kiai Sholeh Darat (KOPISODA). Meliputi bidang fiqih, tajwid, tauhid, ushuluddin, tasawuf, akhlak, tafsir, hadis, dan siroh.

Kitab-kitab tersebut banyak yang mengulas tentang nasionalime termasuk cara bersikap ketika menghadapi penjajah Belanda.

Disampaikan perkembangan dunia Islam di nusantara pada masa itu ditandai dengan penggunaan huruf pegon sebagai alat politik dakwah maupun untuk komunikasi surat antar ulama. Sarana pilihan ulama melakukan upaya perjuangan melawan penjajahan. Termasuk dalam perjuangan di jalur politik.

“Kitab ditulis dengan aksara Pegon di samping media komunikasi antar ulama juga sebagai simbol perlawanan atas penjajahan saat itu.” terangnya.

Baca Artikel Terkait

Hal itulah yang akhirnya banyak menginspirasi murid-muridnya di antaranya RA Kartini, KH Hasyim Asy’ari, dan KH Ahmad Dahlan untuk ikut berjuang melawan penjajah.

Dalam buku Kartini Nyantri disampaikan “Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kiai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami” —Raden Ajeng Kartini, Pahlawan Nasional.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jateng, Dr KH Ahmad Darodji MSi mengusulkan kepada pemerintah, agar KH Sholeh Darat menjadi pahlawan Nasional.

”Dari berbagai kajian keilmuan dan jasa-jasanya dalam membangun bangsa dan negara, sudah seharusnya Kiai Sholeh Darat menjadi pahlawan Nasional seperti murid-murid beliau KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, RA Kartini dan lain-lain,” Aku Kiai Darodji dalam peringatan Haul ke-121 KH Sholeh Darat, di Bergota, Semarang, 22 Mei 2021 lalu.

Dzuriyah Mbah Sholeh Darat, Agus Tiyanto, menyampaikan risalah perjalanan hidup kakek buyutnya, Mbah Sholeh Darat merupakan guru KH Hasyim Asy’ari pendiri Nahdlatul Ulama dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah. Kiai Sholeh juga dikenal masyarakat sebagai guru Raden Ajeng (RA) Kartini.

”Mbah Sholeh Darat lahir di Desa Kedung Jumbleng, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, pada 1235 Hijriyah (1820 M), dengan nama lengkap Muhammad Sholeh bin Umar al-Samarani,” ungkapnya.

Ayah Kiai Sholeh, Kiai Umar merupakan pejuang kemerdekaan dan kepercayaan Pangeran Diponegoro di pesisir utara Jateng. Masa kecil hingga remaja, KH Sholeh Darat dihabiskan dengan belajar Al Qur’an serta ilmu agama dari ayahnya. Seperti ilmu nahwu, shorof, akidah, akhlak, hadis dan fiqih.

Baca Artikel Terkait

Setelah lepas masa remaja, KH Sholeh Darat menimba ilmu ke sejumlah ulama di Jawa maupun ulama di luar negeri. Di Makkah, KH Sholeh Darat menimba ilmu agamanya pada para ulama, antara lain Syeikh Muhammad Al-Muqri Al-Mishri Al-Makki, Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasballah dan Al-Allmah Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Madzab Syafi’iyah).

Selain itu juga, Al Allamah Ahmad An-Nahawi Al-Mishri Al-Makki dan Sayyid Muhammad Sholeh Al-Zawawi Al-Makki, Kiai Zahid, Syeikh Umar A-Syami, Syeikh Yusuf al Sunbulawi Al–Mishri serta Syeikh Jamal, yang juga seorang Mufti Madzab Hanafiyyah.

Meski demikian, kesederhanaan menjadi sikap budaya kearifan sosok Mbah Sholeh Darat. Di antara banyaknya karya fenomenal seperti Majmu’at Syari’at al-Kafiyat li al-Awam, berupa kitab yang khusus membahas persoalan fiqih. Penjelasan meliputi aspek hakikat dan ma’rifat.

Nama Darat yang dipakai KH Sholeh berawal dari kehidupannya yang tinggal di kawasan dekat Pantai Utara Semarang yakni, tempat berlabuhnya (mendarat) orang-orang dari luar Jawa.

Kini, nama Darat tetap lestari dan dijadikan prasasti nama kampung, Nipah Darat dan Darat Tirto. Saat ini kampung Darat masuk dalam wilayah Kelurahan Dadapsari, Kecamatan Semarang Utara.

Selain itu, KH Sholeh Darat telah diabadikan namanya menjadi nama jalan di Kota Semarang. Yaitu di jalan yang membelah bukit Mugas dengan Bukit Bergota.

KH Sholeh Darat wafat di Semarang pada Jumat Wage 28 Ramadan 1321 H atau pada 18 Desember 1903 dalam usia 83 tahun. KH Sholeh darat dimakamkan di pemakaman umum Bergota Semarang.

Berkat kedalaman ilmu yang dimiliki Mbah Sholeh Darat, dia berhasil mencetak murid-muridnya menjadi tokoh, ulama, kiai, dan para pendiri pondok pesantren. Murid-muridnya di antaranya KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU), KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhamadiyah), KH R Dahlan Tremas, seorang Ahli Falak (wafat 1329 H), KH Amir Pekalongan (wafat 1357 H) yang juga menantu Kiai Sholeh Darat.

Ada pula KH Idris (nama aslinya Slamet) Solo, KH Sya’ban bin Hasan Semarang yang menulis artikel Qabul al-‘Ataya ‘an Jawabi ma Shadara li Syaikh Abi Yahya, untuk mengoreksi salah satu bagian dari kitab Majmu’at al-Syari’ah karya Kiai Shaleh Darat.

Murid-murid lainnya adalah, KH Ahmad Abdul Hamid Kendal, KH Tahir, penerus pondok pesantren Mangkang Wetan, Semarang, KH Sahli Kauman Semarang, KH Dimyati Tremas, KH Chalil Rembang, dan KH Munawir Krapyak Yogyakarta.

Kemudian ada pula KH Dalhar Watucongol Muntilan Magelang, KH Yasin Rembang, KH Ridwan Ibnu Mujahid Semarang, KH Abdus Shamad Surakarta, KH Yasir Areng Rembang, RA Kartini Jepara, KH Abdurrahman bin Qasidil Haq Suburan Mranggen dan wallahua’lam..

Dengan ini NUCOM sangat mendukung apa yang diupayakan oleh para pecinta KH Sholeh Darat yakni ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Semoga hasil maksud. Aamiin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button