Trending

Khutbah Jumat: Teknologi Tanpa Iman Semakin Mengancam

Khutbah Jumat NU Cilacap Online NUCOM

NU CILACAP ONLINE – Khutbah Jumat: Teknologi Tanpa Iman. Bagaimana teknologi berjalan tanpa landasan keimanan? Bagiamana pula Iman menghadapi tantangan teknologi? Khutbah kali ini membahas tentang teknologi tanpa iman.

KHUTBAH I

الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِأَنْفُسِناَوَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِ الله ُفَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ الله ُلَهُ نُوْرًا فَمَا لَهُ مِنْ نُوْرٍ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحُمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah swt yang tak henti-hentinya mengalirkan rahmat dan inayah-Nya ke dalam sungai kehidupan ini. Sehingga kita mampu melalui kehidupan kemaren, menjalani kehidupan sekarang dan mudah-mudahan menapaki hari esok.

Shalawat serta salam terlimpah ke haribaan junjungan Nabi Muhammad saw. manusia paling mulia di sisi-Nya dan penolong yang memiliki syafaat di hari kiyamat. Semoga kita semua selaku umat dan pengagumnya menjadi manusia yang diprioritaskan mendapatkan syafaatnya. Amien

Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Marilah kita menengok seksama kejadian akhir-akhir ini. Kejahatan sosial kembali marak terjadi di sekeliling kita. Terutama di kota-kota besar di Indonesia. Ketika perut terlalu lama tidak dipenuhi tuntutannya. Sedangkan sederet mobil mewah silih berganti parkir di depan berbagai restoran cepat saji di sepanjang jalan.

Atau ketika para perempuan wangi berseliweran menenteng sopping-bag yang tertempel di depannya berbagai merek terkenal, melewati para perempuan gembel di penyebrangan jalan yang menengadahkan tangan hanya sekedar menggugurkan tuntutan anak-anaknya di bawah kolong jembatan yang dengan setia menanti segenggam makanan.

Dan sederet lukisan mengenaskan yang menggambarkan betapa luasnya jarak bentang antara mereka yang kaya dan yang papa, mereka yang hiup dengan gaya hedonis dan yang bergaya pesimis.

Lantas masih adakah harapan yang dapat merubah wajah negeri tercinta ini yang secara perlahan dapat merubah raut wajah bangsa ini. Bangsa yang sudah terlanjur tekenal sopan tapi melarat. Bangsa yang terkenal religious tapi miskin. Juga Bangsa Timur yang terkenal faqir. Dapatkah wajah-wajah itu berubah? Atau malah akan semakin parah?

Para Hadirin yang berbahagia
Inilah tantangan kita bersama. Tantangan bangsa dan umat muslim Indonesia yang jumlahnya mengatasi berbagai umat agama lainnya di Indonesia.

Pada kesempatan ini Khatib hanya ingin mengingatkan saja, marilah kita bersama-sama memperbaiki keadaan ini, kita mulai dari diri sendiri.  Jangan terlalu mengharap banyak dan menghayal adanya kesuksesan tanpa ada sebuah permulaan.

Meraba diri kita sejauh manakah kepekaan social kita? Sudahkan hari ini kita menyapa tetangga samping rumah kita? Sudahkan kita memberikan senyuman kepada front office di belakang mejanya? Sudahkah kita menyempatkan melongok ke luar jendela mobil kita untuk sekedar menyapa para tukang ojek yang mangkal di perempatan jalan yang selalu kita lalui?

Jangan-jangan kita tidak pernah melakukan itu semua? Karena kita terlalu asyik dengan Televisi, Hand Phone, Note Book, Tablet atau Blackberry. Berbagai benda yang berhasil membawa kita menjelajahi dunia dan mengangkat derjat kita sebagai orang modern yang melek media?

Lalu apakah artinya melek media kalau itu membuat kita terkungkung dalam tempurung imagenasi bukan realita. Apakah arti melek teknologi bila kita buta realita? Bagaimana pula dengan Teknologi Tanpa Iman

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Sungguh berbagai kemajuan teknologi itu telah banyak kita gunakan. Ia telah menggeser posisi tetangga-tetangga kita. Benar, teknologi itu menjadi lebih dekat dengan kita dibandingkan keluarga dan juga tetangga. Inilah virus individualitas yang harus dihindari.  al-Qur’an dalam an-Nisa’ 36 telah menyinggung:

وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri”

Bila dilihat sepintas lalu, ayat di atas menyandingkan antara pelarangan menyekutukan Allah swt. dengan perintah berbuat baik kepada orang tua, karib, kerabat, teman dan lainnya. Ini dapat diterjemahkan bahwa bahwa menjalin hubungan dan menciptakan jejaring social  tidak kalah pentingnya dengan men-tauhid-kan Allah swt.

Jika berhubungan dengan-Nya (hablum minalllah)Allah swt hanya melarang kita agar tidak menyekutukan-Nya, sedangkan berhubungan dengan sesama manusia (hablum minan nas)Allah swt memerintahkan untuk berbuat baik kepada mereka semua.

Ketika kita mengabaikan perintah yang termaktub dalam ayat di atas, maka kebangkrutan sosial itu akan terjadi. Itu semua akibat ulah manusia yang enggan  menjalin silaturrahmi dengan sesamanya. Sehingga terlahirlah individualism yang banyak menggantungkan hidup pada berbagai benda teknologi yang tak berjiwa dan tak bernyawa.

Ketergantungan ini haruslah segera kita sadari, karena bila penggunaan itu tidak berlandaskan atas kesadaran akan mengarah pada kehancuran akhlaq dan juga keimanan. Bahkan akan mengakibatkan kehancuran nilai-nilai sosial, sehingga menambah rusaknya sendi kehidupan berbangsa, seperti yang terjadi sekarang ini.

Dengan kata lain, hadirin yang terhormat, Berbagai patologi sosial (pencurian, perampokan, pembunuhan, gelandangan dan berbagai pelanggaran norma sosial) yang muncul akhir-akhir disebabkan karena tiadanya interaksi social dan melemahnya kontrol di dalamnya. Ini semua dikarenakan pola pikir keranjingan terhadap teknologi yang kebablasan. Inilah akibat Teknologi Tanpa Iman yang semakin melanda

Semoga Allah swt membukakan hati kita bersama, dan menjaganya agar tetap sadar dan ingat akan berbagai bahaya yang mengancam manusia muslim Indonesia yang hidup di Negara yang sedang demam modernism dan liberalism ekonomi. Karena itulah sesungguhnya yang akan menjauhkan kita dari saudara sesama muslim dan menggantikannya dengan berbagai benda teknologi yang kering tanpa jiwa.

بَارَكَ الله لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Baca juga Teknologi dan Pentingnya Nilai-Nilai Islami

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا .اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 

One Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button