Khutbah Jum’at : Kisah Pengorbanan Qabil dan Habil

Khutbah Jumat NU Cilacap Online NUCOM

NU CILACAP ONLINE – Kisah Pengorbanan Qabil dan Habil putera kembar Nabiyullah Adam Alaihissalam, diabadikan di dalam Al Qur’an Surat Al Maidah Ayat 27 – 31. Kisah Qabil dan Habil merupakan Kisah Pengorbanan yang sangat tua, setua sejarah diciptakannya manusia oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tabi’at dan wataknya yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan tabi’at dan watak Qabil dan Habil yang bisa dijadikan teladan dalam khidupan umat manusia. Khutbah: Pengorbanan Qabil dan Habil dipilih untuk menyongsong ‘Idul Adha, semoga bermanfaat.

اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى نعمه التى لاتحصى أشهد ان لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وحده لا شريك له شهادة تنجى قائلها من النار الظى. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّداً عبده ورسوله النبي المجتبى. صلى الله عَلَيه وعلى آلِهِ صحبه ذوي الفضل والنهى وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أَمَّا بَعْدُ , فَيَا اَيُّهَا الحاضرون والحاضرات اتقواالله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون وعلموا أن يومكم هذا يوم العيد الأكبر يوم فرح وسرور عظمه قدره وأعلى فى الانام ذكره

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Marilah kita senantiasa meningkatkan nilai ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tetap istiqomah menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangannya. Shalawat dan Salam kita sanjungkan kepada Nabiyullah Muhammad Shallallohu ‘Alaihi Wasallam beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Sebentar lagi kita akan memasuki Hari Raya Idul Adha, hari yang Agung dan Mulia. Hari di mana kita diperintahkan untuk melaksanakan Ibadah Qurban dengan cara memberikan Hewan Qurban, bisa Kambing atau Sapi, untuk disembelih kemudian dagingnya dibagikan kepada kaum fakir miskin dan yang berhak.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Oleh sebagian masyarakat Islam, Idul Adha dikenal juga dengan istilah Hari Raya Qurban. Kata Qurban yang berasal dari kata “Qoroba” berati mendekat, dan dalam pengertian Syar’i, berarti mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai bentuk ketundukan dan kepasrahan seorang Hamba di hadapan Allah Subhanahu wa Taala. Pendekatan diri tersebut dalam hal ini melalui “penyembelihan hewan Qurban”.

Penyembelihan ini bersifat simbolis dan Hewan yang disembelih sebagai media saja dalam proses pendekatan kepada Allah. Bukan Hewannya yang dijadikan sarana pendekatan, melainkan nilai keihlasan, derajat pengorbanan, kualitas pendekatan dan ketakwaan lah yang menjadi dasarnya. Oleh sebab itu, harus digali maksud, pesan dan nilai-nilanya sehingga kita tidak salah memahaminya.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dalam sejarah bagaimana manusia mendekatkan diri, bertaqarrub kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, erat kaitannya kisah pengorbanan Qabil dan Habil putera kembar Nabiyullah Adam Alaihissalam, yang diabadikan di dalam Al Qur’an Surat Al Maidah Ayat 27 – 31. Ini merupakan kisah pengorbanan yang sangat tua, setua sejarah diciptakannya manusia oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan tabi’at dan wataknya yang berbeda satu dengan yang lainnya, seperti perbedaan tabi’at dan watak Qabil dan Habil yang bisa dijadikan teladan dalam khidupan umat manusia.

Baca juga Khutbah Jumat Bahasa Sunda, Khauf Jeng Raja’

Nabi Muhammad saw. diperintahkan untuk membacakan kisah kedua putra Adam a.s. itu di waktu mereka berkurban. Seperti tersebut dalam Al Qur’an Surat Al Maidah : 27,  Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.  (5: 27)

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Nabi Adam ‘Alaihissalam  pada awalnya memiliki dua anak laki-laki yang masing-masing bernama Habil dan Qabil. Habil adalah peternak dan penggembala, sedang Qabil adalah petani dan bercocok tanam. Habil telah mempersembahkan seekor kambingnya yang terbagus sebagai korban, namun Qabil memberikan hasil pertaniannya yang terburuk untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena itulah nazar dan persembahan Habil diterima, sedang nazar dan persembahan Qabil ditolak disisi Tuhan Swt.

Perkara ini telah diberitahukan kepada Adam ‘Alaihissalam  dan mereka berdua melalui wahyu. Qabil adalah seorang yang suka hasud, pendengki dan berhati gelap, bukannya memperbaiki diri dan menebus kesalahan masa lalunya, malah tumbuh di dalam hatinya niat untuk memusnahkan saudaranya. Pada akhirnya sifat dengki telah membuatnya memutuskan untuk membunuh saudaranya itu.

Adapun Habil adalah seorang yang berhati bersih dan berkepribadian bersih pula. Dalam menjawab tindakan saudaranya itu ia mengatakan, diterima atau tidaknya pekerjaan-pekerjaan kami disisi Allah Swt bukan tanpa dalil dan perhitungan, maka dari itu sia-sia belakalah kamu melakukan hasud kepadaku, karena Allah Swt pada akhirnya hanya akan menerima persembahan dan korban yang dilakukan dengan penuh ikhlas dan takwa, dari siapapun dan sebesar apapun. Disisi Allah benda apapun yang dipersembahkan, selama ia bagus dan bersih pasti akan diterima, jika tidak maka ia tidak ada nilanya samasekali.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎ Pertama, sejarah tokoh umat terdahulu, seperti halnya sejarah Qabil dan Habil, merupakan pelita dan jalan penerang terbaik bagi generasi mendatang. Fakta sejarah yang penting harus dipelajari, sehingga dapat menjadi bahan renungan bagi generasi baru.

Kedua, perbuatan yang baik saja tidaklah cukup, namun harus ada niat baik yang dijadikan acuan untuk beramal, sehingga ia akan memberikan poin dan nilai kebaikan.

Ketiga, hasud dan dengki hingga sampai pada batas melenyapkan persaudaraan juga dapat terjadi, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Yusuf as dan saudara-saudaranya. Setan membakar rasa hasud mereka, sehingga mereka dipisahkan jauh dari Yusuf.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Allah Subhanahu wa Ta’alaa kemudian melengkapkan kisah Qabil dan Habil tersebut di atas dalam Surat Al Maidah ayat 28 dan ayat 29, yang Artinya: “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam”.  (Al Maidah: 28). “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim” (Al Maidah: 29)

Dalam menghadapi saudaranya, Qabil mengaktualkan kedengkiannya dan melakukan kejahatan, sementara Habil tidak berbuat apa-apa. Habil hanya berkata, “Aku telah mengerti bahwa engkau bermaksud membunuhku, namun aku sedikitpun tidak melakukan perbuatan semacam ini terhadapmu. Karena aku takut terhadap keadilan Allah besok pada Hari Kiamat. Dan aku mengerti mengambil tindakan qishash sebelum perbuatan jahat tidak diperbolehkan.”

Tentu saja membela diri dihadapan orang-orang yang zalim itu harus dan wajib, tetapi bila manusia sekedar mengetahui bahwa seseorang bermaksud akan berbuat dosa, dan belum melakukannya, maka seseorang tidak boleh menghukum orang tersebut dengan pengetahuannya. Sebab betapa banyak niat untuk melakukan kejahatan, namun tidak jadi dilakukan. Hanya saja dari segi pencegahan terhadap perbuatan jahat, maka alat-alat perbuatan jahatnya dapat dirampas.

Bagaimanapun Habil berkata, “Aku tidak akan meniru dan melakukan perbuatan yang kau lakukan itu, tetapi apabila engkau melakukannya dan membunuhku, maka engkau akan menjadi penghuni  neraka. Sementara  aku akan memperoleh balasan atas engkau disana.

Oleh sebab itulah amal perbuatan baikmu akan hilang dari buku catatanmu, karena ia diberikan kepadaku  dan engkau terpaksa menanggung dosa-dosaku, dan engkau akan mendapat siksaan yang berlipat ganda.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎ Pertama, dalam bergaul dengan orang yang hasud dan keras kepala, kita harus dapat berbicara tenang dan lembut, bukan dengan keras yang dapat lebih membangkitkan api hasud mereka. Kedua, yang penting dan terhormat adalah tidak melakukan dosa dikarenakan takut pada kebesaran Allah, bukan karena ketidakmampuan. Habil tidak mengatakan, “Aku tidak berdaya, maka aku memaafkanmu!”  Tetapi dia mengatakan, “Aku takut kepada Allah bahwa aku membunuh saudaraku!” dan Ketiga, Takut kepada Tuhan merupakan unsur sugesti penting, yang dapat mencegah manusia dari perbuatan dosa.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Meskipun Habil sudah banyak menasehati dan terjadi dialog di antara mereka, tetapi akhirnya hawa nafsu Qabil tak terkendalikan. Qabil akhirnya melakukan pembunuhan terhadap saudaranya Habil. Tangan Qabil berlumuran darah saudaranya sendiri. Tapi dengan cepat ia menyelesaikan perbuatannya ini.

Namun apalah artinya penyesalan. Karena saudaranya tidak akan dapat bangkit dan hidup kembali. Hal itu membuat Qabil berdiri kebingungan, tidak tahu apa yang harus dilakukan atas jasad saudaranya itu. Akhirnya Allah Swt mengirim seekor burung gagak, yang menggali tanah untuk menguburkan temannya dengan kuku-kukunya. Perbuatan burung gagak ini mengilhami Qabil untuk mengebumikan jasad saudaranya di dalam tanah.

Benar. Apa yang dilakukan Qabil merupakan pembunuhan pertama di  muka Bumi. Qabil menjadi orang pertama yang menebar benih dengki dan hasud di kalangan anak-anak Adam as. Benih-benih yang sayangnya hingga saat ini selalu meminta korban, dan menciptakan ketidakamanan serta kesulitan-kesulitan di kalangan umat manusia.

Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Itulah pemaknaan dari dua ayat yang melengkapi kisah Qabil dan Habil, sebagaimana berikut ini, yang artinya: Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.  (Al maidah: 30). Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: “Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu jadilah dia seorang di antara orang-orang yang menyesal.  (5: 31)

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎ Pertama, peperangan antara kebenaran dan kebatilan punya sejarah panjang, seusia kehadiran manusia di muka bumi. Kedua, terkadang hewan dikirim oleh Allah Swt untuk mengajari manusia. Karena itu, dalam banyak hal manusia berhutang budi kepada hewan. Dan ketiga, berdasarkan  kehendak Allah Swt,  jasad orang  yang mati harus dikebumikan. Karena itu  Islam melarang jasad manusia dimumi atau dibakar.

Demikian Khutbah Jum’at Khutbah Jum’at : Pengorbanan Qabil dan Habil

 بِسْمِ اللَّـهِ الرَّ‌حْمَـٰنِ الرَّ‌حِيمِ

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّ‌بَا قُرْ‌بَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ‌ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ ۖ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّـهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ﴿٢٧ لَئِن بَسَطتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ ۖ إِنِّي أَخَافُ اللَّـهَ رَ‌بَّ الْعَالَمِينَ ﴿٢٨ إِنِّي أُرِ‌يدُ أَن تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ‌ ۚ وَذَٰلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴿٢٩ فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِ‌ينَ ﴿٣٠ فَبَعَثَ اللَّـهُ غُرَ‌ابًا يَبْحَثُ فِي الْأَرْ‌ضِ لِيُرِ‌يَهُ كَيْفَ يُوَارِ‌ي سَوْءَةَ أَخِيهِ ۚ قَالَ يَا وَيْلَتَىٰ أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُونَ مِثْلَ هَـٰذَا الْغُرَ‌ابِ فَأُوَارِ‌يَ سَوْءَةَ أَخِي ۖ فَأَصْبَحَ مِنَ النَّادِمِينَ﴿٣١

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah Ke Dua

اْلحَمْدُ للهِ الَّذِي مَنْ عَلَيْنَا بِفَضْلِهِ الْجَسِيْمِ, اِذْ مَنَّ عَلَيْنَا بِمُحَمَّدٍ اَفْضَلِ الْخَلْقِ اَجْمَعِيْنَ, فَهَدَانَا اِلَى دِيْنِ الْحَقِ وَالصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيْمِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْكَرِيْمِ الْحَلِيْمِ, وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ الَّذِي خَصَّى بِالْخُلُقِ الْعَظِيْمِ صَلَّىاللهُ  عَلَيْهِ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَلَّذِيْنَ فَازُوْا بِالْحَظِّ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَّى بِمَلآ ئِكَتِهِ فَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اَللَّهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ    وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اَللَّهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ مَنْ يُؤَذِيْنَا وَاَهْلِكْ مَنْ اَرَادَنَا بِالسُّوءِ يَآارْحَمَ   الرَّاحِمِيْنَ اِرْحَمْنَا وَفَرِجْ عَلَيْنَا وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

عِبَادَاللهِ : اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button