KH Muslihun Ashari; Jangan Jadi Da’i Baperan
NU CILACAP ONLINE – Menjalani peran sebagai praktisi dakwah besar tantangannya. Acapkali permasalahan datang, baik dari personal da’i maupun dari mad’u atau audiens. Namun begitu, berdakwah adalah aktifitas yang sangat mulia. Maka sebagai seorang dai hendaknya tidak baperan agar tidak sampai jatuh mental.
Demikian kata Wakil Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap KH Muslihun Ashari saat berbagi tips tentang bagaimana menjadi dai yang baik.
Ia menyampaikan saat menjadi pemateri di kegiatan pelatihan daiyah inisiasi Pimpinan Cabang (PC) Fatayat NU Cilacap di D Pillar Cilacap pada hari Ahad, 10 September 2023 kemarin.
Imam besar Masjid Agung Darussalam Cilacap ini mengungkap 4 tips menjadi dai-daiyah yang baik. Pertama bangun percaya diri, tonjolkan ciri khas, tidak iri, dan siapkan dalil yang berkaitan dengan tema.
“Kalau mau berhasil dalam berdakwah, kalahkan diri sendiri dulu. Bangun rasa percaya diri, tidak usah mudah baperan,” ujar KH Muslihun Ashari.
Baper di sini maksudnya tidak mudah tersinggung saat mendapatkan respon yang kurang baik dari mad’u atau audiens. Karena seorang dai tidak bisa memaksakan agar dakwahnya diterima begitu saja mengingat latar belakang mereka berbeda-beda.
Karena hal itu, seorang dai sebaiknya juga melihat latar belakang mad’u saat berdakwah. Hal ini penting agar dai bisa menyesuaikan diri saat menyampaikan tabligh. Baik dari segi bahasa, maupun materi.
“Maka penting adanya intermezzo, jangan terlalu kaku agar mad’u tidak merasa jenuh,” ujar Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cilacap ini.
Intermezo bisa dilakukan dengan cara melibatkan audiens dalam tablighnya. Bisa dengan mengajak bershalawat, atau melempar pertanyaan sebagai umpan balik.
Baca juga Dai Keliling, Program Ranting NU Glempangpasir Bulan Ramadhan
Tonjokan Ciri Khas
Masih tentang tips mejadi dai, praktisi dakwah yang aktif berdakwah dari panggung ke panggung ini mengungkap pentingnya menggali ciri khas dai.
“Tonjolkan ciri khas. Artinya seorang dai atau mubaligh bisa menggali apa yang menjadi ciri khasnya dan secara konsisten mempertahankan dalam setiap penampilannya,” sambung KH Muslihun.
Pada umumnya seorang muballigh dengan ciri khas tertentu akan menjadi daya Tarik sendiri bagi masyarakat. Pengasuh Pondok Pesantren Al fatah Jayanihim, Donan, Cilacap menyebut fakta banyaknya dai yang kondang diundang ngaji di mana-mana, padahal kalau diperhatikan materinya itu-itu saja.
“Ketiga hindari rasa iri. Jangan merasa iri melihat kesuksesan sesama aktivis dakwah dalam merebut hati jamaah,” ujarnya.
Terakhir yang paling penting adalah, siapkan dalil yang berkaitan dengan tema. Karena ini adalah bagian dari pertanggungjawaban seorang dai dalam dakwahnya. Maka seorang dai seharusnya banyak muthala’ah kitab-kitab dan buku sebagai referensi agar wawasannya luas.
Selain aktif bertabligh dari panggung ke panggung, KH Muslihun juga sering diundang untuk mengisi seminar atau work shop. Dirinya juga sosok dai yang mengikuti perkembangan jaman dengan aktif berdakwah melalui media sosial. (Naeli Rokhmah)
Baca juga Azis Mukhsin, “Jadilah Kader Yang Berperan, Bukan Baperan”