KH Muhammad Dian Nafi’, Ketua RMI PBNU Wafat, Innalillahi

NU CILACAP ONLINE – KH Muhammad Dian Nafi’, Ketua RMI PBNU Wafat, Innalillahi wa Inna Ilaihi Rajiun. Kabar duka wafatnya Ketua RMI PBNU diunggah akun RMI PWNU Jawa Tengah (01/10/2022) yang beredar di WA Group.

KH Muhammad Dian Nafi’ adalah pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Muayyad Windan, Sukoharjo. Belum lama ini, K.H. Muhammad Dian Nafi’, dilantik menjadi Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Pengurus RMI PBNU disahkan melalui Surat Keputusan Nomor: 43/A.II.04/03/2022 dan ditandatangani oleh Rais Aam KH Miftachul Akhyar, Katib Aam KH Akhmad Said Asrori, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, dan Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf pada Rabu (23/3/2022).

RMI PBNU, sebagaimana termaktub dalam Bab V Pasal 17 Ayat 6 Anggaran Rumah Tangga PBNU, bertugas melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama di bidang pengembangan pondok pesantren dan pendidikan keagamaan.

Tentang keaktifannya di organisasi NU, Dian Nafi’ yang sejak kecil telah menggeluti dunia pesantren mengaku sudah aktif mengikuti NU sejak 1989. Kala itu, dia menjadi Wakil Sekretaris NU cabang Kota Solo.

Dian Nafi’ membeberkan semasa kuliah dirinya aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), hingga berselang dua tahun kemudian masuk di GP Ansor. Setelah menjalani satu periode di GP Ansor, dia diminta menjadi Wakil Sekretaris NU di Solo.

Baca juga Jejak Ulama Ahlussunah Wal Jamaah (Aswaja)

Kalau dihitung sejak IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama) berarti sudah sejak saat SD masuk NU-nya,” terang KH Muhammad Dian Nafi suatu saat sebagaimana dilansir Solopos.

Pada 2015, Dian Nafi’ terlibat dalam Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah sebagai Wakil Rais Syuriyah. Sebelum masa jabatannya berakhir dia diminta menjabat sebagai Ketua RMI PBNU.

Sebagai Ketua RMI PBNU, KH Muhammad Dian Nafi memiliki pemikiran tentang masa depan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah (MADIN). Menurutnya, dua lembaga itu sudah berdiri jauh sebelum proklamasi kemerdekaan dan menjadi lembaga asli bangsa Indonesia.

Masyarakat muslim, menurut KH M Dian Nafi, sudah sejak lama mendapatkan edukasi tentang kebangsaan melalui dua lembaga itu, maka lagu Yaa Lal Wathan dimulai awal Abad ke-20. Tahun 1936 sudah sangat terkenal lagu ini, isinya mengenal wawasan kebangsaan dan cinta Tanah Air

Lebih lanjut, Dian Nafi’ mengatakan para kiai dan alumni pondok pesantren pada zaman dulu berusaha mengembalikan budi pekerti yang rusak akibat penjajahan yang terjadi di Indonesia melalui pesantren-pesantren yang didirikan di desa-desa.

Tim Redaksi NU Cilacap Online ikut berbela sungkawa dan menyampaikan duka sedalam-dalamnya. Semoga kita semua bisa mengambil ibrah dari wafatnya KH Muhammad Dian Nafi; Panjenengan husnul khatimah. Aamin Ya Rabbal Alamin.(MAM).

Baca juga KH Abdul Nashir Fattah: Menanam Khinalifah Di Dalam Tubuh NU

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button