Jamaah Haji Jalan Pagi di Sekitar Masjid Nabawi, Kemana Saja?
Haji Riang Gembira 2023 Part 24
NU CILACAP ONLINE – Di Madinah, jamaah haji menyempatkan diri jalan pagi di sekitar Masjid Nabawi ke sejumlah destinasi seperti Masjid Al Ghamamah, makam Nabi Muhammad SAW dan pekuburan Baqi’ (Jannatul Baqi’), juga Saqifah Bani Sa’diya, masjid Ali bin Abi Thalib dan Masjid Abu Bakar al-Shiddiq.
Rabu pagi, 19 Juli 2024, saya dan teman-teman kloter melakukan olahraga dengan jalan-Jalan pagi di sekitar masjid Nabawi. Waktu pagi dipilih karena udaranya masih segar dan panasnya belum menyengat. Suhu pagi hari berkisar antara 34⁰C-36⁰C. Sejuk untuk ukuran musim panas di Saudi.
Destinasi Jalan Pagi
Kami berkumpul di halaman masjid al-Ghamamah. Masjid ini tepat berada di depan hotel tempat kami menginap, Taibah Madinah Hotel. Hotel *5 yang nyaman. Satu kamar standard berisi dua bed.
Tapi karena musim haji dan mungkin menyesuaikan dengan bintangnya, maka satu kamar diisi lima bed, ada yang enam bed. Saya yang orang kampung menganggap, diisi lima bed juga masih tetap nyaman dan saya sangat menikmati fasilitas ini.
Jalan-jalan di sekitar masjid Nabawi ini diprogramkan akan mengunjungi atau menziarahi enam destinasi situs sejarah. Jalan-jalan ini tidak semata-mata jalan-jalan, tetapi ada nilai spiritualitas dan pengetahuannya.
Jadi raganya sehat jiwanya juga sehat. Seimbang jiwa raga. Ini memang betul-betul jalan-jalan, menggunakan kaki. Bukan jalan-jalan seperti kebanyakan teman-teman di Indonesia. Lha, wong ngomongnya mau jalan-jalan kok ternyata pake motor.
Jalan Pagi Pertama: Ke Masjid al-Ghamamah
Jamaah haji jalan pagi untuk ziarah dengan destinasi pertama adalah masjid al-Ghamamah itu tadi. Masjid ini berjarak sekitar 600m dari masjid Nabawi. Masjid ini awalnya adalah sebuah area atau lapangan tempat Nabi pernah melaksanakan shalat ied.
Saat itu cuaca panas, tetapi ketika Nabi melaksanakan shalat, awan datang dan melindungi Nabi dari sengatan terik matahari. Ini versi satu. Versi yang lain mengatakan bahwa area masjid ini dulunya adalah tempat Nabi dan para sahabat melaksanakan shalat istisqa. Saat itu Madinah dilanda kekeringan.
Lalu para sahabat wadul kepada Nabi agar beliau memohon kepada Tuhan untuk diturunkan hujan. Nabi menyetujuinya. Dan, dilaksanakanlah shalat istisqa. Ketika itu awan datang menggumpal menjadi mendung dan sebentar kemudian menjadi hujan yang turun ke bumi.
Beberapa tahun kemudian gubernur Madinah, Umar bin Abdul Aziz pada tahun 81H membangun masjid di situ dengan nama masjid al-Ghamamah yang artinya mendung/awan. Masjid ini menandai bahwa Nabi saw dan para sahabat pernah melaksanakan shalat di situ. Hal ini pula yang mungkin menjadi alasan atau dalil bagi beberapa kelompok bahwa shalat ied itu di lapangan, bukan di masjid.
Ziarah Makam Nabi Muhammad SAW
Destinasi ziarah kedua adalah makam Nabi Muhammad saw. Makam Nabi mengapit Raudhah di satu sisi dan di sisi yang lain adalah mihrab tempat Nabi melakukan khutbah dan memimpin shalat. Makam Nabi terletak di dalam masjid Nabawi.
Ziarah ke makam Nabi berbeda dengan ziarah ke makam walisongo yang gegap gempita. Ziarah ke makam Nabi cukup dilakukan di luar masjid. Kami berkumpul di pelataran masjid yang berjarak sekira 100 meter dari makam Nabi yang ditandai dengan kubah putih di samping kubah hijau di dalam masjid Nabawi. Kami melaksanakan tahlilan singkat yang dipimpin oleh KH Maschun, Kiai asal Maos, Cilacap.
Sebelum tahlil dimulai, pemandu menjelaskan secara ringkas tentang makam Nabi, Raudhah, dan mimbar Nabi. Di kesempatan itu pula pemandu mengingatkan kepada jamaah agar kalau shalat berjamaah di masjid Nabawi, pastikan bahwa posisinya berada di belakang imam.
Tandanya adalah pembatas warna hijau yang di dalamnya terdapat karpet. Jadi karpet-karpet yang digelar oleh pihak manajemen masjid Nabawi, posisinya sudah pas, berada di belakang pengimaman.
Jadi siapa-siapa yang menggelar sajadah sendiri di bagian selatan masjid dan menggelarnya di depan karpet-karpet yang sudah disediakan, apalagi sampai melampaui toilet, maka dipastikan bahwa itu berada di depan pengimaman.
Ziarah ke Makam (Jannatul) Baqi’
Destinasi ziarah ketiga adalah makam Baqi’. Makam Baqi’ terletak di timur masjid Nabawi, di luar pagar masjid. Di makam ini terkubur jenazah para sahabat Nabi seperti Usman bin Affan dan lain-lain dan sebagian istri Nabi seperti sayyidah Aisyah, sayyidah Umi Kulsum, dan lain-lain. Makam Baqi’ juga dipakai sebagai tempat peristirahatan terakhir para jamaah haji yang meninggal di Madinah, seperti KH Masruri Mughni, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah yang meninggal pada musim haji beberapa tahun yang lalu.
Di makam Baqi’ rombongan hanya membacakan fatihah sebanyak 3x dipimpin oleh KH Maschun. Aktivitas ini dilakukan di luar pagar makam. Sebetulnya rombongan diperbolehkan memasuki area makam. Tetapi hanya untuk yang berjenis kelamin laki-laki. Sementara yang perempuan tidak boleh masuk, katanya “mamnu’ al-dukhul”.
Ke Saqifah Bani Sa’diyah
Usai dari makam Baqi’, rombongan bergerak menuju ke destinasi keempat, yakni Saqifah Bani Sa’diyah. Destinasi ini cukup menarik perhatian. Menurut penjelasan pemandu,
Saqifah Bani Sa’diyah awalnya adalah tempat kongkow-kongkow sahabat Anshar untuk mendiskusikan berbagai hal. Saqifah ini milik kabilah Bani Sa’diyah. Di tempat inilah sahabat Abu Bakar al-Shiddiq dibaiat menjadi khalifah pertama sepeninggal Nabi Muhammad saw.
Sebelumnya, beberapa sahabat Anshar telah menawarkan dua nama sahabat Nabi. Tapi kemudian Umar bin Khattab mengajukan nama Abu Bakar al-Shiddiq, dan beliau langsung membaiatnya.
Kemudian sahabat-sahabat yang lain mengikuti langkah yang dilakukan oleh sahabat Umar bin Khattab. Jadilah sahabat Abu Bakar al-Shiddiq dibaiat dan dilantik menjadi khalifah pertama. Sementara, sahabat Ali bin Abu Thalib dan keluarga masih mengurus jenazah Nabi Muhammad saw di rumahnya.
Saqifah Bani Sa’diyah sekarang berujud taman yang asri, dengan pohon kurma dan pepohonan yang lain. Sayangnya jamaah tidak bisa masuk area dalam taman karena pintunya ditutup. Taman ini terletak di barat masjid Nabawi, berjarak sekitar 150m dan menjadi bagian dari pelataran masjid Nabawi. Rimbun, rindang, dan sejuk di pagi hari.
Masjid Ali bin Abi Thalib
Jalan-jalan pagi jamaah haji terus berjalan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju ruas jalan al-Salam. Di ruas jalan ini terdapat destinasi kelima, yaitu masjid Ali bin Abi Thalib yang berada di sisi barat selatan masjid Nabawi.
Di antara masjid-masjid yang lain, selain masjid Nabawi, masjid Ali bin Abi Thalib terlihat paling mencolok dibandingkan dengan masjid al-Ghamamah, masjid Abu Bakar al-Shiddiq, masjid Umar bin Khattab, dan masjid-masjid sekitarnya. Masjid Ali bin Abi Thalib bercat putih dengan menara putih setinggi 26 meter.
Pemandu menjelaskan bahwa masjid Ali bin Abi Thalib dibangun pada masa gubernur Umar bin Abdul Aziz memimpin Madinah. Masjid ini dibangun sebagai penanda bahwa Nabi pernah melaksanakan shalat di tempat ini.
Area ini adalah dulunya ditinggali oleh khalifah Ali bin Abi Thalib beserta keluarga sebelum pindah ke Kufah, Irak. Untuk mengenangnya, gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz membuat masjid dengan nama masjid Ali bin Abi Thalib.
Sayangnya, masjid ini juga ditutup dan pintu terkunci. Jadi jamaah hanya bisa melihat bagian luarnya saja sembari photo-photo.
Masjid Abu Bakar al-Shiddiq
Sama seperti masjid Ali bin Abi Thalib, masjid Abu Bakar al-Shiddiq juga dibangun pada masa gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz berkuasa pada kira-kira tahun 81H. Masjid ini awalnya adalah rumah tempat tinggal sahabat Abu Bakar al-Shiddiq. Versi lain mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar pernah melaksanakan shalat di area yang sekarang masjid ini berdiri.
Masjid Abu Bakar al-Shiddiq adalah destinasi keenam dari enam destinasi yang diprogramkan oleh KBIHUNU Cilacap. Sebetulnya masih ada beberapa masjid lagi di sekitarnya, seperti masjid Umar bin Khattab, masjid al-Ijabah, dan lain-lain. Masjid al-Ijabah adalah masjid tempat Nabi pernah melaksanakan shalat dan berdoa memohon tiga hal, tetapi hanya dua yang dikabulkan.
Tiga hal itu adalah, pertama, memohon agar penduduk Madinah tidak ditimpa kelaparan dan kemiskinan. Kedua, memohon agar Madinah tidak ditimpa banjir. Ketiga, memohon agar umat Islam dijauhkan dari fitnah dan perpecahan. Dua permohonan yang pertama dikabulkan. Sedangkan permohonan ketiga tidak dikabulkan.
Masjid sebagai Situs Sejarah
Umar bin Abdul Aziz membangun banyak masjid di Madinah dengan jarak yang berdekatan, padahal sudah ada masjid Nabawi. Itu mungkin salah satu cara Umar bin Abdul Aziz menghormati para sahabat Nabi agar jejak-jejak sejarahnya tetap terpelihara dan dapat diambil hikmahnya. Dan sampai sekarang masjid-masjid itu masih ada dan utuh sebagai situs sejarah yang sangat kaya.
Di kemudian hari, kita semua tahu bahwa Umar bin Abdul Aziz menjadi khalifah terbaik di kekhilafahan Bani Umayyah walaupun umur kepemimpinannya hanya berkisar tiga setengah tahun. Banyak kisah menarik dan keteladanan hidup dari khalifah Umar bin Abdul Aziz yang adalah cicit dari Umar bin Khattab ini.
Jalan-jalan pagi para jamaah haji mengunjungi situs-situs bersejarah selesai sebelum pukul 08.00. Jamaah kembali ke hotel dan masuk ke kamar masing-masing untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
Sebelum mengunjungi masjid Abu Bakar al-Shiddiq, pemandu mengucapkan permohonan maaf dan terima kasih kepada jamaah atas kebersamaan yang terjalin dan berharap bahwa kita dipertemukan lagi di trip berikutnya. (Bersambung ke part 25).
Baca juga City Tour dan Spirituality Tour di Madinah