Haji Riang Gembira 2023 Part 8, Padang Arafah
NU CILACAP ONLINE – Hari Senin kemarin, 8 Dzulhijjah 1444H, jamaah haji mulai melakukan pergerakan ke Arafah. Ini dilakukan agar sampai pada puncaknya hari ini, Selasa, 9 Dzulhijjah. Seluruh jamaah yang jumlahnya 2 juta lebih dipastikan sudah berada di Padang Arafah untuk menunaikan ibadah wukuf. Tanggal 9 Dzulhijjah menjadi hari penentuan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, ‘alhajj arafah’, haji adalah (di dan saat) Arafah.
Semua yang disebut Arafah adalah sah sebagai tempat wukuf. Di bagian tengah, di pinggiran, bahkan di bagian pojok sekalipun. Yang penting dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah.
Padang Arafah adalah suatu kawasan kosong, tetapi berubah menjadi kota dalam waktu maksimal dua hari, yakni pada tanggal 8 dan 9 Dzulhijjah. Semua jamaah haji wajib hadir secara offline di Arafah untuk melaksanakan wukuf. Tidak peduli bagaimana panasnya suasana di sini pada suhu 39 derajat. Diperkirakan sehabis dzuhur nanti akan meningkat pada angka 44 derajat.
Sekali lagi, Nabi tegas sekali menyatakan, haji itu (di dan saat) Arafah. Jadi, haji tidak bisa dilakukan secara online, menggunakan aplikasi zoom atau google meet, dan lain-lain. Tanpa kehadiran secara fisik di Arafah, seorang muslim tidak akan pernah disebut telah melaksanakan ibadah haji walaupun sudah berkali-kali mengikuti webinar tentang haji. Baca juga Seputar Haji dan Umroh
Itulah, maka kawasan yang sebelumnya kosong, berubah drastis menjadi sangat ramai. Lebih dari dua juta manusia dari mana saja, ber-ras apa saja tumplek-blek di kawasan ini, di Arafah dan pada saat Arafah.
Sebagai sebuah tempat, Arafah adalah tempat mustajabah, tempat di mana Allah membuka pintu-pintu maaf dan gampang mengabulkan doa-doa. Oleh karena itu, jamaah haji mengisi wukuf di Arafah dengan berbagai macam cara.
Mereka menggunakan Arafah sebagai ajang pengakuan dosa, hingga air mata tumpah ruah di sini. Muka-muka memelas, bibir bergetar, mata-mata merah basah, dan kening berkerut menghiasi seluruh wajah. Mereka berdoa, bermunajat, berdzikir, dan bertalbiyah.
Semuanya mengagungkan asma Allah, memenuhi panggilan-Nya,… labbaikallahumma labbaik…labbaika la syarika laka labbaik…innalhamda wannikmata laka walmulk la syarika laka…kabbaikallahumma labbaik…kembali air mata jutaan manusia tumpah ruah… dan langit terbelah…labbaikallahumma labbaik…
Usai maghrib nanti, jamaah haji sedikit demi sedikit, secara perlahan dan bertahap mulai bergerak meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah untuk mabit. Dan,…Arafah akan kembali sepi nyenyet setelah jamaah meninggalkannya. Meski demikian, Arafah tetap tegar, dia tak kehilangan pesonanya…
Baca selengkapnya Seruan KH Maslahudin tentang Gerbuhu (Video)
Padang Arafah, Saksi Cinta Adam Dan Hawa
Menurut catatan sejarah, padang Arafah adalah tempat bertemunya Nabi Adam dan Sayyidah Hawa. Sayyid Hussein Nasr mencatat bahwa Nabi Adam saat diturunkan di bumi berada di pulau Sandib atau Sri Langka, sementara Sayyidah Hawa berada di Arabia.
Mereka saling mencari dan terus mencari berdasarkan naluri cinta masing-masing. Konon mereka terpisah selama 200-an tahun dan jarak keterpisahan itu ribuan kilometer. Sementara bumi masih berupa belantara rimba dan padang yang sangat luas. Namun, dua pasang manusia pertama ini terus saja mencari, berhari-hari, tanpa bantuan google map… Rindu dan cinta telah memberi kekuatan dan keyakinan. Tetapi di atas itu semua, izin Allah yang menentukan segalanya.
Setelah beberapa lama, Nabi Adam akhirnya dipertemukan dengan Sayyidah Hawa dalam suasana yang mengharu biru di suatu tempat yang di kemudian hari disebut sebagai padang Arafah. Tepatnya di sebuah bukit yang kemudian disebut jabal rahmah (bukit cinta).
Moment bertemunya kembali Nabi Adam dan Sayyidah Hawa menjadi keajaiban luar biasa. Kita tidak bisa membayangkan, mereka sebelumnya hidup nyaman berdua di surga. Semua tersedia. Semua kebutuhan terpenuhi. Tetapi kemudian mereka terpisah begitu saja, dengan waktu yang begitu lamanya, 200an tahun dan jarak yang begitu jauhnya, ribuan kilometer.
Baca juga Jangan Pernah Lupakan Sayyidah Hajar
Mereka tak bisa janjian, mereka tak bisa wa-an. Tetapi akhirnya mereka bertemu di padang Arafah. Moment ini merupakan bagian penting dalam sejarah pertemuan manusia pertama dengan pasangannya. Oleh karenanya, lokasi tempat pertemuan keduanya kemudian diabadikan dalam sejarah, jabal rahmah atau bukit cinta.
Kisah cinta Nabi Adam dan Sayyidah Hawa menunjukkan betapa bahwa cinta membutuhkan perjuangan, pengorbanan, pengabdian. Kisah ini telah menginspirasi jutaan umat manusia di seluruh dunia. Misalnya kisah cinta Nabi Muhammad saw dan Sayyidah Khadijah, kisah cinta Roméo dan Juliette, kisah cinta Rama dan Shinta, kisah cinta Klenting Kuning dan Klenting Abang, kisah cinta Gamel/Suta, si penjaga kuda dan Putri Adipati yang melahirkan legenda Baturraden, juga kisah cinta antara Kakang santri dan Ning, dan lain-lain.
Kemudian, di masa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, padang Arafah dijadikan sebagai salah satu lokasi rukun dalam prosesi ibadah haji. Dan ini berlaku sampai sekarang. Jadi, tidak sah haji seseorang tanpa hadir secara fisik di padang Arafah. Wallahu a’lam bial-shawab. (Bersambung ke part 9).