Haji Riang Gembira 2023 Part 27: Hari Terakhir Di Madinah

NU CILACAP ONLINE – Kami merasa tetap di Madinah. Karena Cilacap dan Madinah itu sama. Sama-sama bercahaya. Hanya beda bahasa saja. Madinah al Munawwarah. Cilacap Bercahaya. Al Munawwarah artinya bercahaya.

Selasa, 25 Juli 2023 adalah hari terakhir kami berada di Madinah al Munawwarah, setelah selama 9 hari kami bercengkarama dengan Madinah. Kami segera terbang meninggalkan kota Nabi yang diberkati ini.

Kesibukan sudah terasa sejak kemarin, penimbangan koper, belanja-belanja, nggenepin arba’in, nelpon pihak keluarga agar menyiapkan ini dan itu, dan lain-lain termasuk juga update status dengan foto-foto terbaiknya.

Meninggalkan Madinah

Kalau tidak ada delay, jam 21.45 Waktu Arab Saudi malam ini pesawat kami dijadwalkan akan mancal bumi Madinah untuk persiapan mengudara. Total ada 360 orang penumpang di kloter SOC 70.

Tetapi hanya 355 orang penumpang yang menyertai penerbangan ini. Lima orang tertinggal. Empat orang tertinggal di Makkah karena meninggal dunia, 1 orang tertinggal di Madinah karena masih sakit. Sedih, karena kita berangkat bersama, di Makkah bersama. Tetapi pulangnya, Allah menentukan lain. Begitulah kenyataannya. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya.

Teman-teman se-kloter sudah menyiapkan diri sejak pagi hari tadi untuk kepulangannya. Mereka sudah membeli jajanan untuk keluarga. Kurma, kismis, coklat, kacang Arab, dan lain-lain. Mereka pingin segera ketemu keluarga, kangen rumah.

Sebetulnya kalau diizinkan, mereka pingin lebih lama di Madinah. Sembilan (9) hari tinggal di Madinah rasanya terlalu cepat. Nabi seperti masih memanggil-manggil. Apalagi teman-teman yang sudah berada di Madinah, tetapi belum berhasil sowan karena terhalang oleh sesuatu hal, sakit, haid, atau yang lainnya. Panggilan itu terngiang nyaring.

Bisa jadi, itu hanya perasaan kami saja, yang sok akrab, sok dekat. Tapi yang pasti, kami selalu menyebut namamu, Muhammad nabiku. Muhammad junjunganku. Assalamu’alaika Ya Rasulallah. Selalu, dan selalu. Setiap hari, setiap waktu, bahkan lebih dari itu.

Shalat Arba’in

Di Madinah, kami melaksanakan shalat arba’in (40×) seperti anjuran Kemenag. Itulah maka jamaah haji Indonesia tinggal di Madinah minimal 9 hari. Ini untuk jamaah haji reguler. Dan kami baru menyelesaikannya tadi malam. Shalat Isya Senin malam adalah shalat terakhir yang menandai genap 40 kali. Alhamdulillah. Plong. Lunas.

Kami shalat kadang di masjid, kadang di pelataran masjid. Yang pasti kami tidak pernah melaksanakan shalat di shaf paling belakang. Karena hotel tempat kami tinggal berada di selatan masjid, di belakang Raudhah, di belakang makam Nabi. Malahan bisa jadi ada sebagian yang shalat di depan imam. Yakni di pelataran yang berada di belakang pengimaman.

Untuk kasus di atas, kami selalu mengingatkan agar kalau shalat berjamaah memperhatikan pembatas hijau yang segaris agak ke belakang dari imam. Tandanya adalah karpet. Artinya shalat jamaah di atas karpet, dipastikan posisinya berada di belakang imam. Itu sudah benar.

Masya Allah. Semangat teman-teman luar biasa. Mereka kadang berangkat subuhan jam 02.00 dini hari untuk memperoleh posisi strategis di dekat Raudhah. Jam 10.00 pagi sudah berangkat ke masjid untuk dhuhuran, padahal waktu dhuhur baru masuk pada jam 12.30an. Kami senang melihat semangat mereka. Masya Allah. Berharap semoga di Indonesia nanti pun sama.

Madinah Al Munawwarah

Cilacap, Madinah Bercahaya

Hari ini, kami harus pulang. Pulang ke kampung halaman, ke Cilacap. Perasaan kami, pulang ke Cilacap itu seperti tidak pulang. Kami merasa tetap di Madinah. Karena Cilacap dan Madinah itu sama. Sama-sama bercahaya. Hanya beda bahasa saja. Madinah al Munawwarah. Cilacap Bercahaya. Al Munawwarah artinya bercahaya. Madinah dan Cilacap, dua kota yang dirindukan.

Semoga Cilacap kecipratan berkah Madinah, yang tidak pernah kebanjiran, yang rakyatnya makmur sejahtera sebagaimana dua dari tiga doa Nabi yang dikabulkan, yang tempat berdoanya, oleh khalifah Umar bin Abdul Aziz diabadikan dengan dibangunkan sebuah masjid, yaitu Masjid al-Ijabah (masjid tempat nabi berdoa dan dikabulkan).

Baca juga Road to Mecca Part 2; Selamat Tinggal, Madinah

Ya Nabi salam ‘alaika, Ya Rasul salam ‘alaika. Ya Nabi Muhammad, Ya Sayyidi Ya Rasulallah…kami pamit. Raudhah, kami pamit… Madinah, kami pamit…Wassalamu’alaikum…

Ya Allah, jangan jadikan ini akhir kesempatan pertemuan kami dengan tanah haram Nabi-Mu. Mudahkanlah kami untuk kembali ke Makkah dan Madinah dengan mudah dan ringan dengan anugerah dan kemurahan-Mu. Anugerahkanlah kami ampunan dan afiat di dunia dan akhirat. Bye…bye…bye… (Bersambung ke part 28).

Tentang Penulis

Tentang Penulis

Fahrur Rozi, ketua Lakpesdam PCNU Cilacap, kepala LP2M Universitas Nahdlatul Ulama Al-Ghazali (UNUGHA) Cilacap. (Madinah al Munawwarah, 25 Juli 2023)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button