Gus Nas; Kriteria Kader yang Dicari Negara
Penguatan Kapasitas Kelembagaan PCNU Cilacap di Karangpucung
NU CILACAP ONLINE – Siapa Kader yang dicari negara? Dadalah kader yang bisa mengelola segala hal dengan baik. Inilah yang disampaikan oleh ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Cilacap KH Nasrulloh MUhson, M.H (Gus Nas) pada saat penguatan kapasitas lembaga di Karangpucung, Sabtu (19/08/2023).
PCNU Cilacap membuktikan hal ini dengan berbagai pencapaian dan prestasi terbaiknya. Gus Nas demikian dirinya disapa menyebut beberapa prestasi di antaranya predikat pengelolaan SISNU terbaik diraih oleh PCNU Cilacap.
Berikutnya NU Care LAZISNU Cilacap sebagai LAZ terbaik se Indonesia. Belum lagi Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Nahdlatul Ulama (KBIHNU) Cilacap yang merupakan KBIHNU terbesar dan terbaik di Indonesia.
“Dengan semua pencapaian ini menjadikan PCNU Cilacap sebagai percontohan bagi PCNU di Kabupaten lain. Terlihat dari banyaknya PCNU yang datang untuk belajar kepada PCNU Cilacap. Terutama dalam hal pengelolaan LAZISNU,” katanya.
Gus Nas mengungkap kelebihan Kader NU adalah memimpin dengan santun. Karakter kepemimpinan NU bisa diteladani dari para tokoh pendiri Nahdlatul Ulama yakni Hadlrostus Syekh KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbulloh.
“Bila kita bisa meniru dan meneladani kedua maka sangat luar biasa. Dalam hal cara berpikir dan pergerakannya. KH Wahab Hasbulloh bahkan konon adalah yang pertama kali mengenalkan NU secara adiministrasi,” kata Gus Nas.
Bagi Gus Nas regulasi dalam NU persis seperti tatanan negara. Maka ia menyimpulkan bahwa mengurus NU sama saja mengurus negara. Dan kader NU bagian dari kader yang dicari negara.
Baca juga Gus Nas Apresiasi Kinerja Lembaga dan Badan Otonom NU
NU Berjuang Mengisi Kemerdekaan
Paparan Ketua PCNU Cilacap dikuatkan oleh Analis Kemasyarakatan Kesbangpol Provinsi Jawa Tengah, Irfan Didik Wicaksono pada saat menyampaikan materi wawasan kebangsaan.
Irfan menyampaikan jika di Indonesia populasi Islam itu sekitar 86%, dan 60% dari warga Indonesia adalah warga Nahdliyyin. Maka, betul jika dikatakan bahwa mengelola Nahdlatul Ulama (NU) itu sama dengan mengelola negara. Dan ini merupakan potensi yang besar jika kita mampu memaksimalkannya
Irfan mengatakan bahwa organisasi dibentuk berdasarkan kesamaan tujuan, kesamaan latar belakang, dan tujuannya hanya satu, yaitu berpartisipasi untuk mencapai tujuan pembangunan sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Irfan mengutip dari KH Ahmad Sidiq bahwa Pancasila dan Islam adalah hal yang dapat berjalan dan saling menunjang, keduanya tidak bertentangan dan jangan dipertentangkan.
“Maka, tugas kita adalah bagaimana cara kita mengisi kemerdekaan, tentunya dengan merawat bagaimana NKRI tetap utuh, salah satunya adalah dengan menjaga toleransi” ungkap Irfan
Pemerintah memberdayakan orgnisasi itu supaya organisasi dapat melaksanakan apa yang menjadi tujuannya. Pemerintah mendukung dengan berbagai macam cara dan upaya, salah satunya adalah dengan pemberdayaan organisasi. Pemberdayaan organisasi itu ada fasilitasi, sinergi, dan tentunya adalah hibbah
“Hibah ini dilakukan semata-mata untuk memberdayakan bagaimana organisasi itu dapat mewujudkan apa yang menjadi harapan dan cita-cita bangsa,” tutur Irfan
2023 Kesbangpol sudah mengembangkan aplikasi OKE JATENG, yang digunakan untuk mengelola semua organisasi kemasyarakatan di Jawa Tengah, termasuk di dalamnya ada PCNU.
Potensi Ancaman Kebangsaan
Selain itu, Irfan menyampaikan terkait potensi ancaman wawasan kebangsaan, yaitu yang pertama adalah menurunnya rasa bangga sebagai Bangsa Indonesia
Kedua, adanya sikap tidak menghargai pluralitas serta berkembangnya intoleransi dan paham yang berhaluan keras, seperti radikalisme dan terorisme
“Wawasan kebangsaan sebagai kunci pertahanan, pertama adalah kita harus mementingkan kepentingan negara dibandingkan dengan kepentingan pribadi, kepentingan golongan, atau kepentingan lainnya,” kata Irfan
Selanjutnya, mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas bhineka tunggal ika dipertahankan; tidak memberikan tempat pada patriotisme semu; serta bertekad mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera lahir batin sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju
“Ulama berpolitik memang masih menjadi polemik, tapi ulama tidak boleh buta politik,” pungkas Irfan.