Catatan Perjalanan Jamaah Haji dari Solo ke Kroya
Haji Riang Gembira 2023 Part 29 (The End)
NU CILACAP ONLINE – Perjalanan Jamaah Haji dari Solo ke Kroya Cilacap merupakan seri terakhir Catatan Gus Rozi (Part 29) selama pelaksanaan Ibadah Haji bersama KBIHUNU Cilacap. Selengkapnya sebagai berikut.
Penyambutan atas kepulangan jamaah haji kloter SOC 70 di asrama haji Donohudan dihadiri oleh Kepala Kemenag kab. Cilacap bapak H. Mukhlis Abdillah, S.Ag, M.H., kepala Asrama Haji Donohudan, dan beberapa pejabat terkait lainnya.
Membaca Doa
Sambutan-sambutan yang disampaikan singkat-singkat dan secukupnya saja. Acara terakhir adalah doa syukur oleh perwakilan jamaah haji kloter SOC 70.
Saya tidak tahu asal muasalnya, begitu turun di asrama haji dari bus bandara, seseorang menemui saya. Dia bilang, namamu disebut-sebut dari tadi. Lalu seseorang yang lain mengarahkan saya ke arah kursi-kursi yang diduduki para pejabat. Saya manut saja.
Orang itu menyampaikan pesan bahwa saya diminta baca doa. Waduh, saya belum hafal doa sepulang haji. Rencananya saya mau ngapalin di bus sepanjang Solo-Kroya, siapa tahu saya yang disuruh baca doa, seperti dulu waktu tahun 2013. Ya sudah, mau tidak mau ya harus mau.
Kebetulan orang yang duduk di sebelah saya itu pegawai Kemenag Cilacap yang saya sudah kenal baik. Namanya mas Baihaki, Kasi PD Pontren Kemenag kab. Cilacap. Kebetulan ibu bapaknya guru saya waktu di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Falah Karanganyar Gandrungmangu.
MI yang sampai hari ini muridnya terbanyak. Jadi saya tanya kepada beliau, doanya gemana ya…Dia sepertinya ragu untuk menjawab. Padahal saya bertanya sungguhan. Saya tegaskan, itu lho, yang ada lantabur…lantabur…Dan, Alhamdulillah, beliau kemudian memberi tahu saya doa lengkap yang ada lantabur-lantaburnya itu.
Ketika nama saya betul-betul disebut, ya udah, maju saja saya. Bekalnya PeDe. Pertama, saya mengucap Salam, terus baca doa, sebisanya. Di awal, suara saya keraskan, di tengah mulai naik turun suaranya. Kadang suara saya pelankan, agar terkesan khusyu’ dan sungguh-sungguh.
Allahumma-nya kenceng,…seterusnya pelan, melirih, dan hilang suaranya…lalu diam sejenak. Jamaah tetap saja baca, Amin…Amin.. Amiiin…Sepertinya khusyu’, tetapi sesungguhnya tidak hafal dan lupa…Dan, jamaah tetap saja baca: Amiiin…Amiiin…Amiiin… Lalu…rabbana atina…dst… kenceng lagi…sampai walhamdulillahirabbil’alamiiin.
Naik Bus Solo – Cilacap
Doa selesai, acara juga selesai… Agenda selanjutnya adalah pamitan dan mencari bus menempuh Perjalanan Jamaah Haji dari Solo ke Kroya Cilacap . Saya kebagian bus lima, khusus Kroya. Panitia sudah membaginya sesuai domisili jamaah. Saya sebetulnya masuk rombongan satu, yang anggotanya kebanyakan orang Cilacap kota. Tetapi karena domisili saya di Kroya, saya diikutkan rombongan khusus Kroya.
Sekira jam 17.00, bus mulai bergerak meninggalkan Asrama Haji Donohudan menuju Cilacap. Alhamdulillah, di bus lima ada pak Kiai Qomarun dan pak Kiai Yahya. Saya tidak lagi kepikiran soal doa. Ayem, sudah ada keduanya.
Keduanya adalah Kiai sungguhan. Sekarang keduanya bahkan sudah Kiai haji. Masih gress, belum ada sebulan. Salah satu di antara keduanya nanti yang saya aturi untuk berdoa saat penyambutan di masjid Agung Miftahul Huda Kroya. Selanjutnya saya bisa fokus meneruskan menulis catatan Haji Riang Gembira 2023 part 28 di sepanjang perjalanan Solo-Kroya.
Baca juga Digital Art; Cara Siswa SMA Maarif Kroya Mengisi Masa Remaja
Tiba di Kroya dan Cilacap
Bus yang disediakan oleh pemerintah kabupaten Cilacap ada 8 bus. Bus 1 dan 2 untuk rombongan jamaah yang domisilinya di Cilacap kota dan sekitarnya. Kemudian Bus 3 dan 4 untuk rombongan jamaah yang domisilinya di Kesugihan, Adipala, dan Maos. Bus 5 dan 6 untuk rombongan jamaah yang domisilinya Kroya. Bus 7 dan 8 untuk rombongan jamaah yang domisilinya Nusawungu dan Binangun.
Sementara Bus jamaah yang memasuki masjid Agung Miftahul Huda Kroya ada empat, yaitu bus 5, 6 (khusus jamaah Kroya), bus 7, 8 (untuk jamaah dari Nusawungu dan Binangun).
Sesampai di Kroya, bus nomor 5 dan 6 diarahkan oleh polisi memasuki pom bensin Kedawung. Panitia sudah mengatur sedemikian rupa. Ini untuk memberikan kesempatan kepada bus 7 dan 8 agar bisa memasuki halaman masjid Miftahul Huda terlebih dahulu. Setelah bus nomor 7 dan 8 masuk lokasi dan jamaah turun, mereka bisa langsung meninggalkan Kroya menuju rumah masing-masing di Nusawungu dan Binangun.
Kira-kira 40 menit lamanya, bus 5 dan 6 transit di pom bensin Kedawung. Jamaah bisa turun, ke toilet, udud-udud, dan ada yang sekedar meluruskan badan, ngulet, dan lain-lain.
Lalu bus mulai bergerak menuju halaman masjid Miftahul Huda kroya setelah dipastikan jamaah haji asal Nusawungu dan Binangun sudah keluar semua. Jam 00.30 bus baru benar-benar memasuki ke halaman masjid Miftahul Huda Kroya.
Pengunjung dan pengantar sudah mulai berkumpul sejak jam 21.00, karena informasi kedatangannya memang macam-macam versinya. Bahkan konon sebagian keluarga jamaah ada yang sudah standby sejak jam 20.00.
Bus 1 dan 2 mungkin jam 01.00 sudah merapat di titik kumpulnya di Cilacap kota. Sementara bus 3 dan 4 jam 00.30 sudah berhasil merapat di halaman pondok pesantren al Ihya ‘Ulumaddin Kesugihan. Dan kabar terakhir yang saya terima, mereka semuanya aman terkendali dan sudah sampai di rumah masing-masing.
Di Pesantren Miftahul Huda Kroya
Perjalanan Jamaah Haji dari Solo ke Kroya tiba di masjid Miftahul Huda dengan acara penyambutan kedatangan jamaah haji asal Kroya dihadiri oleh Rais Syuriyah PCNU Cilacap, KH Su’ada Adzkiya, kabag Kesra, Drs. Muhammad Najib, M.Si., Camat Kroya, Drs. Budi Narimo, MSI., kepala KUA, Rais Syuriyah MWCNU Kroya, ketua YMH-Kroya, ketua RT. 07/09, dan lain-lain.
Sebelum acara dimulai, jamaah haji diminta untuk shalat sunnah dua rakaat. Lalu saya menemui pak Kiai Maskun, perwakilan KBIHU NU distrik Kroya dan masyarakat setempat untuk memastikan bahwa yang membaca do’a itu pak Kiai haji Yahya. Ayem. Sudah terkonfirmasi.
Kemudian, saya ke depan, ke teras masjid untuk menemui isteri. Dia tidak diperbolehkan masuk masjid. Sedih rasanya. Sebetulnya kalau mau nekad, menerobos kerumunan, bisa saja. Ya sudah. Dia memilih mematuhi aturan (isteri sedang berhalangan).
Saya jadi ingat tulisan di jalanan Makkah dan Madinah yang banyak ditemukan : “mamnu’ liddukhul”. Akhirnya, saya yang ngalahi ke teras masjid. Saya temui isteri dengan segenap jiwa. Saya temui isteri yang sudah terpisah selama 40 hari 40 malam lebih. Belum seperti kisah Nabi Adam dan sayyidah Hawa yang terpisah 200 tahunan. Tapi soal kelanjutan kisah ini biar menjadi cerita kami berdua saja. The End.