Buya Sayfii Maarif: Pesan untuk Generasi NU dan Muhammadiyah
NU CILACAP ONLINE – Sebagai salah satu pemuda generasi Islam yang berada di organisasi Nahdlatul Ulama (NU), saya tentu berduka sedalam-dalamnya atas berpulangnya Buya Syafii Maarif mantan Ketua Umum PP Muhammdiyah pada hari ini Jum’at (27/05/2022) jam 10.15 di Yogyakarta.
Seperti apa yang disebutkan oleh Mahfud MD Menko Polhukam di Twitter di hari yang sama; berpulangnnya sosok Buya Syafii Maarif tentu membuat Umat Islam kehilangan tokoh besar; sosok yang selama juga turut berkontribusi besar lewat Muhammadiyah untuk pembangunan bangsa dan Negara membawa peran islam.
Maka dari itu baik pemikiran atau apapun yang ditinggalkan oleh Buya Syaffi Maarif pada semasa hidupnya, yang juga turut mengabdi kepada Islam dan Indonesia lewat organisasi besar Muhammadiyah itu.
Tentu dapat menjadi inspirasi bersama bagaimana menjadi Islam sendiri di Indonesia dari kaca mata Buya Syafii Maarif, yang pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah pada tahun 1998 sampai dengan 2005; termasuk bagi saya sebagai generasi Islam kini, yang juga merupakan salah satu aktivis di organisasi pemuda Islam yakni Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) sebagai Badan Otonom Nahdlatul Ulama atau NU.
Syafii Maarif, Muhammadiyah dan NU
Pesan Buya Sayfii Maarif untuk generasi NU dan Muhammadiyah yang membuat saya kagum sebagai generasi muda NU saat ini adalah pesan yang disampaikan beliau untuk NU dan Muhammadiyah, yang pernah ditulis di harian Kompas pada edisi 5 Januari 2021.
Menurut Buya Syafii Maarif, NU-Muhammadiyah yang mewakili arus utama Islam Indonesia harus semakin menancapkan jangkarnya di samudra Nusantara sedalam-dalamnya. Generasi baru kedua arus utama NU dan Muhammadiyah ini mesti berpikir besar dan strategis menjaga Indonesia.
Indonesia yang terkadang masih goyah dalam membangun keindonesiaannya, tentu kita harus sepakat dengan apa yang disampaikan Buya Syafii Maarif, harus bersama-sama dengan kekuatan masyarakat sipil lainnya yang derajat kesetiaannya kepada Indonesia sudah teruji untuk terus menjaga indonesia.
Sebab di era keterbukaan informasi yang sedang terjadi di dunia, paham-paham dan ideolog radikalisme sangat mungkin masuk meracuni dan menyusup ke dalam jamaah santri baik di NU maupun Muhammadiyah yang dapat mengancam eksistensi Indonesia.
“Sekiranya riak-riak kecil yang ”agak aneh” yang menyusup ke dalam kedua jamaah santri ini, harus cepat disadarkan agar tubuhnya menjadi aman dan kebal terhadap serbuan ideologi impor yang sedang terkapar di tanah asalnya,” Kata Buya Syafii.
Selain itu beliau juga menegaskan bahwasannya; Muhammadiyah dan NU adalah benteng utama untuk membendung infiltrasi ideologi (di mana pengusung ideologi tersebut)telah kehilangan perspektif masa depan untuk Islam, keindonesiaan, dan kemanusiaan.
Maka menurutnya, untuk melangkah kepada tujuan besar dan mulia itu, Muhammadiyah dan NU mesti mengembangkan sikap-sikap yang lebih dewasa dan terukur dalam menghadapi isu-isu semasa yang kadang-kadang dapat mengundang salah paham yang tidak perlu.
“Karakteristik hubungan NU-Muhammadiyah pascaproklamasi dapat bercerita banyak kepada kita tentang apa yang saya maksud. Sekalipun ranah khilafiyah sudah terkubur dalam mencoraki hubungan Muhammadiyah-NU, di ranah lain dalam masalah keduniaan masih memerlukan perbaikan-perbaikan yang konkret, terbuka, dan jujur,” ungkap Buya Syafii
Untuk itu, dalam ranah membangun negara, Buya Syafii Maarif menyinggung, kedua kubu santri ini antara Muhammadiyah dan NU dalam kaitannya dengan masalah kenegaraan mesti mengubah paradigma berpikirnya untuk tidak lagi terjebak ”berebut lahan” dalam kementerian tertentu yang dapat mempersempit langkah besar ke depan. Karena seharusnya Muhammadiyah-NU seharusnya tampil dan berfungsi sebagai tenda besar bangsa dan negara.
Generasi NU dan Muhammadiyah
Menjadi catatan penting pertanyaan yang diajukan oleh Buya Syafii Maarif, apakah generasi baru Muhammadiyah-NU yang lebih terbuka dan relatif punya radius pergaulan yang lebih luas bersedia keluar dari kotak-kotak sempit selama ini?
Memang benar, sudah semestinya tidak ada alasan lagi untuk terus berkurung dalam lingkaran indentitas menjadi NU atau Muhammadiyah bagi Indonesia. Sebab tepat apa yang disampaikan oleh Buya Syafii Maarif dan menjadi catatan yang harus di ingat baik oleh generasi Muhammadiyah dan NU.
“Apabila benteng Muhammadiyah-NU jebol ditembus infiltrasi ideologi impor dengan teologi kebenaran tunggalnya, integrasi nasional Indonesia akan goyah dan oleng. Karena itu kedua arus besar komunitas santri ini harus tetap awas dan siaga dalam menghadapi segala kemungkinan buruk itu” kata Buya Syafii Maarif
Sekali lagi saya sebagai generasi muda NU, Selamat jalan kepada Buya Syafii Maarif, semoga apa yang telah diperjuangkan semasa hidup untuk islam dan Indonesia serta Muhammadiyah menjadi penerang bagi kami generasi muda NU dan Muhammadiyah untuk tetap bersama membangun dan menjaga Republik Indonesia.
Terimakasih juga kepada Seniman yang juga merupakan salah satu seniman idola saya Djoko Susilo, lewat lukisan wajah Buya Syafii Maarif dan KH Mustofa Bisri menginspirasi Buya Syafii Maarif menulis pemikiran yang sangat inspiratif untuk generasi muda NU dan Muhammadiyah kedepan sebagai generasi yang harus turut serta membangun bangsa dan Negara indonesia. (Toto Priyono)