Pengertian Wakaf, Rukun, Syarat, Harta Dan Pahala Wakaf

NU CILACAP ONLINE – Apa itu pengertian wakaf, Apa saja rukun dan syarat wakaf, apa saja jenis harta wakaf,  bagaimana pandangan 4 Imam Madzhab tentang Wakaf, bagaimana pula tentang hukum dan pahala wakaf?

Pengertian Wakaf

Pengertian Wakaf, secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “Waqf” yang berarti “al-Habs”, kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya meliki arti dan berarti menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata Wakaf atau Waqf tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah, binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu Manzhur: 9/359).

Arti wakaf dalam istilah syariat Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas materi benda (al-‘ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al-manfa‘ah) (al-Jurjani: 328). Materi benda ini yang kemudian dikategorikan sebagai jenis harta wakaf

Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para Ulama berbeda pendapat dalam memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum yang ditimbulkan.

Definisi Wakaf

Pengertian dan definisi wakaf menurut para Ahli Fiqh atau Fikih dari empat Imam Madzhab, adalah sebagai berikut;

Artikel Terkait
  1. Imam Hanafi (Madzhab Hanafiyah) mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-‘ain) milik Wakif dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203). Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan Wakif itu sendiri. Dengan artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
  2. Imam Malik (Madzhab Malikiyah) berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang berhak dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan Wakif (al-Dasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang atau tempat yang berhak saja.
  3. Imam Syafi’i (Madzhab Syafi‘iyah) mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah (al-Syarbini: 2/376). Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan, jenis harta wakaf, harus harta yang kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat diambil manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi: 1/575).
  4. Imam Hanbali (Madzhab Hanabilah) mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan (Ibnu Qudamah: 6/185). Itu menurut para ulama ahli fiqih. Bagaimana menurut undang-undang di Indonesia? Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.

Tujuan Wakaf

Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam.

Baca juga

Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.

Rukun Wakaf dan Syarat Wakaf

Rukun Wakaf ada empat. Ke Empat Rukun Wakaf harus ada dan dipenuhi dalam proses berwakaf, yaitu pertama, orang yang berwakaf (al-waqif), kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf), ketiga, orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi), dan ke empat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).

Karena rukun wakaf merupakan hal yang wajib adanya, maka jika salah satu rukun tidak dipenuhi, maka proses berwakaf tidak bisa dan belum boleh dilaksanakan. Proses berwakaf harus dipenuhi dulu rukun-rukunnya. Selain memenuhi rukun wakaf yang empat, proses berwakaf juga harus meneuhi syarat-syarat tertentu.

Adapun Syarat-Syarat dalam Wakaf meliputi syarat yang berhubungan dengan orang yang berwakaf; syarat yang berhubungan dengan harta yang diwakafkan; syarat yang berkaitan dengan orang atau pihak yang menerima wakaf; dan syarat yang berkaitan dengan ikrar/sighat dalam proses wakaf.

Penjelasan mengenai syarat-syarat wakaf adalah sebagai berikut:

Orang yang berwakaf

Syarat-syarat Wakaf berkaitan dengan orang yang berwakaf (al-waqif), syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki; kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk; ketiga dia mestilah baligh; dan ke empat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.

Harta yang diwakafkan

Syarat-syarat Wakaf berkaitan dengan harta yang diwakafkan (al-mauquf), harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).

Penerima Manfaat Wakaf

Syarat-syarat Wakaf berkaitan dengan orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih), dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam.

Pertama tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu adalah , jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah.

Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik),

Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama adalah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.

Ikrar Wakaf

Syarat-syarat Wakaf berhubungan dengan Ikrar atau Shigah, berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat. Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.

Undang-Undang Wakaf

Seperti diketahui, para ulama berbeda pendapat dalam hal atau mengenai jumlah rukun wakaf. Mazhab Syafii menyatakan rukun wakaf ada empat, yaitu (1) Wakif atau orang yang mewakafkan hartanya; (2) Harta yang diwakafkan; (3) Mauquf alaih atau pihak yang berhak menerima manfaat harta wakaf;  dan (4) Shighah atau ikrar wakaf. Keempat rukun tersebut merupakan unsur-unsur yang pasti ada dalam suatu praktik wakaf.

Unsur lain yang harus ada dalam praktik wakaf adalah nazir atau penerima amanah untuk menjaga dan mengelola harta wakaf. Undang-Undang Wakaf tidak menyebutkan rukun wakaf, tetapi enam unsur wakaf, yaitu (1) wakif, (2) nazir, (3) harta wakaf, (4) ikrar wakaf, (5) peruntukan wakaf, dan (6) jangka waktu wakaf.

Jenis Harta Wakaf

Pada Pasal 16 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dinyatakan:

  1. Jenis Harta Benda wakaf terdiri dari; a. benda tidak bergerak; dan b. benda bergerak.
  2. Benda tidak bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi : a. hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar; b. bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah; d. hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; e. benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  3. Benda bergerak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah harta benda yang tidak bisa habis karena dikonsumsi, meliputi : a. uang; b. logam mulia; c. surat berharga; d. kendaraan; e. hak atas kekayaan intelektual; f. hak sewa; dan g. benda bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Baca juga

Pahala Wakaf

Wakaf adalah bentuk amal jariah yang pahala akan terus mengalir hingga hari akhir, meski orangnya telah tutup usia. Apa yang menjadi faktor utama terus mengalirnya pahala wakaf? Apa saja dalil yang menjadi dasar keutamaan ibadah wakaf yang berpotensi memberikan pahala terus mengalir hingga Hari Akhir?

Ia dapat kita lihat dari beberapa ayat Al-Quran dan Hadits. Antara lain: Surat Ali Imran ayat 92; “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.”

Demikian artikel tentang Pengertian Wakaf, Rukun Wakaf, Syarat Wakaf, Jenis Harta Benda Aset Wakaf dan tentang Pahala Wakaf. Semoga bisa menambah wawasan untuk kita semua.

Baca Juga >> Hukum, Syarat, Rukun, Sunah Khutbah Jumat dan Adab Khatib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button