Islam Nusantara

Islam Nusantara adalah paham dan praktik keislaman di bumi Nusantara sebagai hasil dialektika antara teks syariat dengan realita dan budaya setempat (Afifuddin Muhajir, 2015).

Pada awal kemunculannya, term ini mendapatkan pertentangan dari banyak pihak, termasuk ormas keagamaan. Namun ia terus bergulir menjadi perbincangan yang justeru berskala internasional seperti dalam momen ISOMIL.

Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) menawarkan wawasan dan pengalaman (dalam 10 prinsip) Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.

Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia.

Meneguhkan Islam Nusantara untuk peradaban Indonesia dan dunia” ditetapkan menjadi Tema Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 yang digelar di Jombang pada Agustus 2015. Penetapan Tema Muktamar menjelang seratus tahun NU, tema tersebut dipilih untuk menunjukkan posisi strategis NU di Indonesia dan dunia sebagai pengusung Islam rahmatan lil ‘alamin.

Dulu pada zaman KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kita mengenal ide pribumisasi Islam. Intinya: Islam sebagai agama universal harus dibumikan ke dalam budaya lokal. Ini dilakukan agar Muslim Indonesia bisa beragama sesuai dengan budaya Indonesia.

Pribumisasi Islam merupakan proses perwujudan nilai-nilai Islam melalui (bentuk) budaya lokal. Ini dilakukan baik melalui kaidah fikih (al-‘adah al-muhakkamah: adat bisa menjadi hukum) maupun pengembangan aplikasi nash (teks suci). Dengan cara ini, perdebatan pemikiran lebih bersifat akademik, terlihat dari pendirian program studi Islam Nusantara di lingkungan perguruan tinggi NU.

Situs Islam Aswaja dari NU Cilacap Online untuk menyemai keislaman Ahlussunnah wal Jamaah di bumi Nusantara.

Back to top button